Panduan.co.id – Pekan Olahraga Nasional (PON) merupakan ajang multi cabang olahraga level tertinggi di tanah air, sebagaimana tercermin pada kata nasional yang terkandung di dalamnya. Dengan kata lain secara prinsip, semua atlet asal Indonesia, dari semua level berhak untuk ambil bagian.
Tentu kemudian akan terdapat babak kualifikasi, babak penyisihan, pra-PON atau apapun namanya yang menjadi penyaring para atlet berlaga di PON. Sebab dengan rentang waktu sekira dua pekan, PON harus mempertandingkan 65 cabang olahraga, 87 disiplin, dan 1.042 nomor pertandingan.
Dari para atlet yang berhasil melewati babak kualifikasi atau pra-PON pada masing-masing cabang olahraga, sangat wajar jika para atlet level nasional berhasil menembusnya. Atlet yang tergabung di Pelatihan Nasional (Pelatnas) tentu secara matematis akan memiliki peluang yang lebih besar untuk dapat lolos babak tersebut.
Pada gilirannya, nama-nama besar yang sudah bolak-balik berlaga di level dunia, dapat ditemui di PON, seperti yang terjadi di cabang angkat besi. Nurul Akmal dan Rahmat Erwin yang tahun lalu membela Indonesia di Asian Games Hangzhuo, atau yang teranyar Rizki Juniansyah yang baru pada bulan lalu meraih medali emas di Olimpiade Paris, dapat disaksikan perjuangannya di GOR Seramoe, Banda Aceh, yang menjadi lokasi pertandingan angkat besi pada PON XXI Aceh-Sumatera Utara.
Baca Juga: Inilah Kelebihan dan Kekurangan Susu Ikan Menurut Dietisien
Halaman berikut: Dominasi atlet level nasionalDominasi atlet level nasional
Pada PON XXI Aceh-Sumut, angkat besi mempertandingkan 19 kelas, yang terdiri dari 10 kelas untuk putri dan sembilan kelas untuk putra. Dari ke-19 kelas tersebut, para atlet berlabel nasional masih mendominasi.
Dimulai dari hari pertama kompetisi, dari kelas 55 kilogram putra, Muhammad Husni asal Lampung yang menjadi pemenang medali emas, merupakan peraih medali perunggu pada SEA Games 2023 di Kamboja.
Selanjutnya pada kelas 61 kilogram putra, medali emas disabet Ricko Saputra yang belum lama ini memenangi medali perak Kejuaraan Angkat besi Asia 2024. Berikutnya di kelas 49 kilogram putri, Luluk Diana Tri Wijayana yang memuncaki podium merupakan pemenang medali perunggu SEA Games Kamboja 2023.
Kemudian Juliana Klarisa yang memenangi medali emas di kelas 55 kilogram putri, merupakan pemenang medali emas SEA Games 2023. Dari “alumni” SEA Games, juga didapati nama Muhammad Zul Ilmi yang memenangi medali emas kelas 96 kilogram, Tsabita Alfiah Ramadhani di kelas 64 kilogram putri, dan Natasya Beteyob di kelas 59 kilogram putri.
Bukan sekadar atlet level nasional, cabang angkat besi PON XXI Aceh-Sumut bahkan juga dihiasi oleh atlet-atlet yang sudah harum namanya di level Asia dan dunia. Rahmat Erwin Abdullah yang tahun lalu memenangi medali emas Asian Games Hangzou, Eko Yuli dan Nurul Akmal yang sudah berstatus Olimpian, bahkan pemenang medali emas Olimpiade Paris 2024, Rizki Juniansyah, juga ambil bagian.
Motivasi para atlet elit ini berlaga di PON mungkin dapat diperdebatkan. Tetapi seperti disampaikan oleh Rizki Juniansyah saat memenangi medali emas kelas 89 kilogram putra, bahwa kehadirannya adalah untuk memotivasi para atlet lain.
“Kehadiran saya di PON ini adalah untuk memotivasi teman-teman saya, kawan-kawan saya yang bertanding bareng dengan saya, maupun tidak bertanding. Karena ini adalah suatu kejuaraan terbesar di Indonesia, nomor satu, seperti Olimpiade di dunia. Ini adalah juga motivasi untuk ke depannya para atlet bisa lebih semangat lagi,” ucap Rizki.
Di sisi lain, Eko Yuli Irawan yang sudah berkali-kali tampil di Olimpiade, seakan memasang target tinggi untuk cabang angkat besi, terutama di kelasnya. Eko yang sebagai atlet sudah tergolong berusia senior, menegaskan para juniornya yang harus mengejar pencapaiannya, bahkan justru harus dapat melampauinya.
Baca Juga: Inilah Jadwal Lengkap Timnas Indonesia di Bulan September 2024
“Jadi siap-siap saja, kalau bisa mengalahkan, baru saya turun. Jadi jangan selalu mengandalkan yang senior pensiun baru mereka muncul. Kalau bisa kalahkan yang juaranya, maka level mereka akan di Olimpiade juga,” kata Eko.
Halaman berikut: Harapan baru dari para debutanHarapan baru dari para debutan
Namun angkat besi pada PON XXI bukan hanya cerita dominasi para atlet nasional. Atlet-atlet muda yang melakuan debutnya pada PON kali ini juga berhasil mencuri perhatian.
Firda Khairunnisa mewarnai debutnya di PON dengan raihan medali emas di kelas 87 kilogram putri, Adelia Prasasti pun demikian. Tampil di PON untuk pertama kalinya, ia mampu menjadi yang terkuat pada kelas 45 kilogram putri.
Kisah serupa juga diukir lifter muda Alyamaulida Kartika Pertiwi asal Banten, yang menjadi pemenang kelas 81 kilogram putri. Tidak heran, kini ia berani bermimpi untuk dapat dilirik Pelatihan Nasional (Pelatnas) angkat besi agar dapat bertarung di level yang lebih tinggi.
Secara umum, para atlet debutan ini juga merasa senang dapat berada di kompetisi yang sama dengan para atlet Pelatnas. Kehadiran Rizki, Eko, atau Rahmat dinilai mereka mendatangkan aura positif bagi kompetisi cabang olahraga yang sebenarnya kurang populer ini.
Halaman berikut: Mimpi untuk kehidupan yang lebih baikMimpi untuk kehidupan yang lebih baik
Selain ajang adu kuat, cabang olahraga angkat besi pada PON kali ini juga dihiasi cerita mengenai mimpi untuk meraih kehidupan yang lebih baik.
Dua lifter yang membela Aceh, yakni Bambang Wijaya dan Dimas Setiya Darma, merupakan atlet yang mutasi dari Sumatera Utara. Kedua atlet itu mengambil keputusan untuk meninggalkan Pelatihan Daerah (Pelatda) angkat besi Sumut untuk pindah ke Aceh.
Beberapa masalah yang terjadi di pelatda daerah asal membuat Bambang dan Dimas memilih untuk hengkang. Hasilnya mereka kini dielu-elukan sebagai atlet yang menyumbang medali emas untuk tuan rumah Aceh.
Bukan hanya urusan pindah daerah, masalah kepastian masa depan juga menjadi kekhawatiran beberapa atlet yang saat ini memasuki usia emas. Sebagaimana yang diutarakan lifter Jawa Barat Muhammad Nur Fuad Jamal, yang sangat mendambakan memiliki pekerjaan tetap.
Pada akhirnya, baik atlet level nasional ataupun level daerah, tujuan mereka tetap sama, mengukir prestasi, sambil tentu saja mengharapkan dari sana akan didapat kondisi keuangan yang lebih baik. Sebab bagaimanapun, menjadi atlet merupakan profesi yang harus dikerjakan sepenuh hati. (ant/jey)