Rabu, November 19, 2025
BerandaArtikelMewaspadai Perilaku Kekerasan Anak dari Pola Asuh di Rumah

Mewaspadai Perilaku Kekerasan Anak dari Pola Asuh di Rumah

Panduan.co.id – Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Prof. Dr. Rose Mini Agoes Salim M.Psi. mengingatkan bahwa pola asuh di rumah bisa menjadi pemicu perilaku anak dan remaja melakukan kekerasan. Menurut dia, anak yang mengalami pola asuh yang buruk seperti mengalami perundungan secara tidak langsung di rumah bisa berdampak pada diri mereka yang cenderung melampiaskan perilakunya di luar lingkungan itu.

“Bisa berdampak pada diri mereka sehingga agresivitasnya tidak bisa disalurkan di rumah, bisa dijadikan satu senjata untuk melakukannya di sekolah,” kata psikolog yang biasa disapa Romi ini ketika dihubungi ANTARA, Selasa.

Menurut dia, rumah sering menjadi tempat pertama anak mengalami bentuk perundungan atau bullying, seperti adanya tekanan, rasa tidak aman, atau kekerasan emosional di rumah berpotensi menyalurkan amarahnya melalui perilaku agresif di sekolah.

“Karena bisa saja apa yang terjadi di sekolah, bullying yang dijadikan itu bukan trigger saja, bukanlah penyebab utamanya. Dan makanya dia kemudian menjadi bertindak kasar, agresif, melampiaskan apa yang tidak nyaman bagi dirinya,” tutur dia.

Romi mengatakan anak atau remaja melakukan tindakan kekerasan tidak semata-mata muncul karena pengaruh tontonan, tetapi juga ada proses pembentukan perilaku yang terjadi melalui “modeling” atau meniru.

Dalam hal ini, ketika anak menunjukkan agresivitas seperti membawa benda tajam, penting bagi orang tua untuk melihat lebih dalam apa yang terjadi dalam kehidupan emosional anak.

Baca Juga: Inilah Peran Penting Protein pada Makanan

“Itu yang mesti dicek lagi juga apa sih yang ada di dalam kehidupannya, jangan-jangan banyak sekali dendam, banyak sekali amarah sehingga anak itu melampiaskannya dengan cara yang tidak wajar,” ujar dia.

Romi menyampaikan sejumlah tanda dini yang bisa dikenali orang tua sebelum anak bertindak agresif atau melakukan kekerasan, indikasinya seperti berperilaku menjadi lebih pendiam atau kelihatan tidak tenang.

“Kalaupun dia punya teman, biasanya banyak meminta orang untuk mendukung dia. Dan dari perilaku dengan orang tuanya mungkin lebih tidak mau mengungkapkan dan kelihatan lebih aneh daripada biasanya,” katanya.

Baca Juga: Inilah Jadwal Terkini Piala Presiden 2025

Lebih lanjut, Romi menegaskan bahwa pentingnya orang tua mengajarkan anak sejak dini tentang moral sebagai dasar bagi manusia untuk membedakan mana yang baik dan buruk.

Menurut dia, pengajaran tentang moral itu perlu dikembangkan dengan nilai-nilai seperti empati, kontrol diri, nurani, toleransi, kebaikan, rasa hormat, dan keadilan dalam mencegah anak melakukan tindakan kekerasan.

“Kalau anak ini punya empati, dia tidak akan melakukan sesuatu yang melukai temannya karena dia berempati bahwa kalau diperlakukan itu kepada dia akan menjadi tidak nyaman. Jadi ini semua dikembangkan secara simultan sejak usia dini,” tutur dia. (ant/jey)

RELATED ARTICLES

Most Popular

Recent Comments