Home Artikel Cek Kesehatan Gratis, Babak Baru Pergeseran Paradigma Kesehatan di RI

Cek Kesehatan Gratis, Babak Baru Pergeseran Paradigma Kesehatan di RI

0
POTRET: Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek) Stella Christie saat mengukur tensi darah dalam Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Puskesmas Cakung, Jakarta, Senin (10/2/2025). (Dok. Istimewa)
POTRET: Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek) Stella Christie saat mengukur tensi darah dalam Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Puskesmas Cakung, Jakarta, Senin (10/2/2025). (Dok. Istimewa)

Panduan.co.id – Hujan Februari menyambut Jakarta malu-malu kucing: sebentar lebat, tiba-tiba hilang. Begitu seterusnya. Tapi cuaca yang tidak menentu bukan pantangan bagi sejumlah warga untuk meringankan langkahnya ke Puskesmas Cakung. Seorang gadis cilik datang ke puskesmas tersebut didampingi walinya, mengantre di meja pendaftaran terhampar di dekat gerbang masuk puskesmas. Satpam yang menangani pendaftaran pun memasangkan gelang berwarna kuning, penanda anak tersebut bakal mengambil sebuah kado dari negara.

Kemudian bocah itu berpose a la binaragawati di depan deretan kamera sebelum lanjut masuk ke gedung puskesmas bersama walinya. Selang beberapa waktu setelahnya, seorang ibu-ibu turut mendaftar, dan dia pun ditandai dengan gelang serupa namun berwarna hijau. Ibu tersebut terlihat sumringah usai diperiksa oleh petugas yang memeriahkan tayang perdananya Cek Kesehatan Gratis (CKG) dengan mengenakan balon kuning berbentuk bando lucu.

Si ibu tersebut, Hikmah (43), adalah warga lokal yang berulang tahun pada Januari. Dia dapat info soal pengecekan cuma-cuma itu dari media, dan turut memanfaatkan fasilitas terbaru negara tersebut. Hikmah pun menceritakan pengalamannya mulai dari mendaftar hingga selesai, yang ternyata hanya sekitar setengah jam.

Sejumlah tes yang dilaluinya mulai dari yang sederhana seperti gula darah, kemudian tes pendengaran, penglihatan, inspeksi visual asam asetat (IVA), serta Periksa Payudara Klinis (SADARNIS).

Baca Juga: Inilah Langkah Preventif Cegah Infeksi Kanker Serviks

“Lalu kalau hasil darahnya tidak baik dilanjutkan ke lab. Berhubung saya hasilnya baik, Alhamdulillah,” kata Hikmah.

Dia pun mengungkapkan kekagumannya atas pemeriksaan yang berjalan lancar dan menyeluruh, mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki.

Hal senada diungkapkan oleh Hikmah, Rofiqoh (59) juga menyatakan bahwa dia terkesan atas kado non benda tersebut. Tapi, pengalaman Rofiqoh sedikit berbeda. Karena dia punya hipertensi, ternyata ada pemeriksaan tambahan-tambahan lainnya, seperti EKG, urin, dan lainnya. Proses pemeriksaan buat Rofiqoh butuh sekitar satu jam total.

Meski waktunya pemeriksaannya lebih lama, kekagumannya atas program ini tak kurang. Yang paling dia soroti adalah proses pendaftaran yang tidak ribet, serta praktisnya memantau hasil pemeriksaan, yang dia sebut hanya tinggal buka aplikasi SATU SEHAT saja. Kedua warga Cakung itu sama-sama berharap kado ini bisa dinikmati oleh semua orang.

Yang ikut mengambil kado ini mulai dari anak kecil hingga lansia. Dengan ragam demografi ini, ada saja warga yang terkendala pendaftaran, entah karena tidak punya gawai pintar, atau karena gaptek (gagap teknologi). Bahkan ada yang tidak bisa mendaftar karena tidak punya kuota internet.

Baca Juga: Inilah Tanda-Tanda Mobil Bekas Pernah Terendam Banjir

Untungnya, Puskesmas Cakung sudah mengantisipasi itu. Kepala Puskesmas Cakung Junaidah menyebutkan bahwa petugas mereka sudah dilatih untuk membantu para pasien dengan kendala semacam itu, sehingga kegiatannya berjalan semulus sutra. Pemeriksaan itu tidak mengganggu kegiatan rutin puskesmas. Bahkan, karena peminatnya kian bertambah seiring jam yang bergulir, mereka pun terpikir untuk menambahkan kuota ke depannya sesuai dengan kapasitasnya mereka.

Junaidah pun mengajak warga untuk memanfaatkan layanan gratis ini, karena menurutnya pencegahan dan penanganan awal lebih murah dibandingkan mengobati penyakit katastropik, seperti kanker, yang ditemukan di kemudian hari.

Di Puskesmas Cakung, tak hanya warga biasa yang merayakan ulang tahunnya dengan cek kesehatan gratis. Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Diktisaintek) Stella Christie, yang berulang tahun pada 11 Januari, juga turut memeriksakan dirinya dengan fasilitas itu.

Usai pengecekan dan wawancara, dia pun disambut dengan lantunan lagu “Selamat Ulang Tahun” dari Jamrud yang dibawakan para petugas puskesmas serta masyarakat, lalu dihujani confetti yang semakin memeriahkan hari perdana CKG.

Stella masih bisa memanfaatkan kado dari pemerintah itu karena cek pemeriksaan gratis boleh diambil kapan saja dalam kurun waktu 30 hari setelah tanggal ulang tahun.

Wamen Diktisaintek menyoroti bahwa upaya ini adalah untuk menggeser paradigma kesehatan nasional, dari yang melulu kuratif menjadi preventif. Dengan begitu pengeluaran negara dan pribadi untuk pengobatan bisa ditekan secara signifikan. Langkah pencegahan ini tidak berbayar alias gratis, karena sehat adalah hak seluruh warga negara.

“Jadi selain sehat, kita juga akan lebih kaya dari kesehatan dan secara ekonomi dan finansial. Jadi ini program yang sungguh luar biasa, yang memberi manfaat sekali lagi kepada setiap insan, setiap jiwa di republik kita yang tercinta ini,” kata Stella.

Terlebih, dia menekankan bagi sembilan juta mahasiswa di Tanah Air untuk mengikuti salah satu Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) atau quick win ini, guna membangun kesadaran dan kebiasaan akan pentingnya pendekatan kesehatan preventif. Pasalnya, mahasiswa sering abai soal kesehatannya, karena mengira dirinya fit-fit saja karena masih muda.

Tidak jauh-jauh dari soal pendidikan dan akademis, Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan Tubagus Arie Rukmantara menyebut bahwa berbarengan dengan Makan Bergizi Gratis (MBG), CKG adalah inisiatif untuk menyehatkan bangsa, termasuk bagi anak-anak agar prestasinya semakin meningkat.

Baca Juga: Inilah Cara Perusahaan Dekatkan Diri pada Konsumen

MBG, katanya, adalah untuk memenuhi nutrisinya, dan CKG adalah agar pola hidup sehat dapat dibangun dan dibiasakan.

Arie pun berharap, inisiatif kesehatan terbesar Indonesia, yang menyasar sekitar 281 juta penduduk ini bakal mendorong Indonesia jadi negara maju pada 2045, di mana Indonesia diimpikan sebagai negara yang tak kalah hebatnya dari Inggris, Kanada, dan negara-negara maju lainnya.

Modal membangun bangsa masa depan

10 Februari 2025, akhirnya terwujud juga program yang dijanjikan Presiden Prabowo Subianto saat kampanyenya. Pemeriksaan kesehatan gratis ini adalah satu dari tiga program quick win di bidang kesehatan, yang lainnya berupa pembangunan RS berkualitas dan lengkap di daerah, serta eliminasi tuberkulosis.

Kemeriahan CKG perdana disaksikan oleh sejumlah anggota Kabinet Merah Putih, antara lain Menko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono di Puskesmas Beji Depok; Menko Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar di Puskesmas Ciater Tangsel, dan Wakil Menteri ATR/BPN Ossy Dermawan di Puskesmas Leuwiliang Bogor, dan Wakil Menteri Agama Romo HR Muhammad Syafi’i di Puskesmas Pasar Minggu.

Baca Juga: Inilah Tanda-Tanda Sariawan Kronis, Waspadai Kanker Lidah

Menurut Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Pemerintah menargetkan Program CKG menjangkau 100 juta jiwa dalam setahun. Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) Hasan Nasbi, mengatakan penerima manfaat dalam Program CKG adalah yang terbesar dalam sejarah kesehatan Indonesia.

“Program ini tidak memiliki syarat khusus dan berlaku untuk semua kalangan, termasuk tenaga kesehatan, petani, nelayan, serta insan media,” kata Hasan saat memantau langsung pelaksanaan Program CKG di Puskesmas Wanakerta, Karawang, Jawa Barat.

Juru Bicara PCO Adita Irawati menilai, semua warga harus mendapatkan layanan yang terbaik. Adita mengungkapkan pesan Presiden Prabowo agar pelaksanaan CKG dapat betul-betul bermanfaat bagi masyarakat. Terlebih, Presiden juga meminta pelaksanaannya jangan sampai merepotkan masyarakat.

Kemudian, Juru bicara PCO Prita Laura menyoroti data dari Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, bahwa hanya satu dari lima penderita diabetes yang mengetahui kesakitannya. Data inilah yang menjadi dasar dari urgensi pemeriksaan kesehatan gratis.

Dalam CKG, negara memfasilitasi warganya dengan pengecekan yang sesuai dengan usianya, yang dirancang sedemikian rupa sesuai dengan faktor risiko penyebab kematian terbesar per kelompok umur.

Memberikan kado berupa cek kesehatan gratis dapat membuka mata seseorang terhadap kondisinya, agar semakin menyayangi dirinya sendiri. Dengan semakin memahami dan menyayangi diri sendiri, diharapkan publik mau merawat kesehatan, aset paling berharga mereka selain pendidikan, dan semakin produktif dalam membangun Indonesia. (ant/jey)

Exit mobile version